30.4 C
Indonesia
Saturday, September 30, 2023
spot_img

Tradisi Panjang Jimat Khas Keraton Kanoman Cirebon

Sejarah Awal Cirebon

Cirebon yang juga dikenal sebagai ‘kota udang’ adalah kota yang memiliki banyak destinasi wisata religi. Banyak jejak peradaban Islam bisa ditemukan di wilayah Cirebon, baik berupa tradisi, manuskrip maupun berbentuk bangunan peninggalan masyarakat Muslim.

Berdasarkan naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh atau perkampungan kecil yang didirkan oleh Ki Gedeng Tapa. Seiring berjalannya waktu, perkampungan kecil tersebut berkembang menjadi pemukiman yang ramai.

Kemudian dukuh yang kian ramai itu diberi nama Caruban yang dalam bahasa Sunda berarti campuran. Nama Caruban disandangkan karena masyarakat di perkampungan tersebut telah menjadi heterogen. Penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, agama, bahasa, dan adat istiadat.

Cukup banyak orang-orang dari luar Pulau Jawa, bahkan dari luar Nusantara yang datang ke Caruban. Di antara mereka ada yang menetap sementara waktu dan selamanya. Sebagian besar dari mereka datang ke Caruban untuk berdagang.

Pada awalnya, sebagian besar masyarakat Caruban bermata pencaharian sebagai nelayan. Ada yang bekerja menangkap ikan dan rebon atau udang kecil di sepanjang pantai Caruban. Masyarakat di sana juga memiliki keahlian khas masyarakat yang bermukim di pantai, seperti membuat terasi, petis dan garam.

Dalam perkembangannya, nama Caruban berubah menjadi Cirebon yang berasal dari kata cai atau air dan rebon atau udang kecil. Nama Cirebon pun digunakan sampai sekarang.

Cirebon juga menyimpan banyak jejak sejarah, karena dulunya menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa khususnya di wilayah Jawa Barat sekarang.

Keraton Kanoman adalah salah satu bukti peninggalan peradaban masyarakat Muslim di Cirebon yang masih berdiri hingga sekarang. Keraton Kanoman didirikan sekitar tahun 1678 oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya yang mendapatkan gelar Sultan Anom I.

Keraton yang dibangun di atas lahan seluas 6 hektare ini sekarang terletak di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Keraton Kanonam tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal sultan atau penguasa wilayah tersebut, tapi juga sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan politik, sosial, dan budaya. Sebagai keraton yang dipimpin oleh seorang sultan, berbagai tradisi dan upacara keagamaan kerap digelar di lingkungan keraton.

Salah satu tradisi yang rutin dilaksanakan di lingkungan keraton dan populer di kalangan masyarakat hingga sekarang adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Cirebon khususnya di Keraton Kanoman peringatan Maulid Nabi dikenal dengan sebutan atau tradisi Panjang Jimat.

Asal Usul Panjang Jimat

Tradisi Panjang Jimat pada dasarnya adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi. Sampai saat ini, tradisi tersebut tetap dilestarikan Keraton Kanoman bersama masyarakat.

Pustakawan Keraton Kanoman, Farihin, menerangkan, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Cirebon memiliki banyak istilah atau nama.

“Berkaitan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Cirebon itu ada beberapa istilah yang digunakan, di antaranya Muludan, Sekatenan, Pelal Ageng dan Panjang Jimat,” kata Farihin saat diwawancarai Tapak.id, Selasa (19/10).

Farihin menjelaskan, Muludan, Sekatenan, Pelal Ageng dan Panjang Jimat sebenarnya memiliki tujuan yang sama yakni memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun istilah-istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.

Muludan merupakan istilah umum Maulid Nabi Muhammad SAW yang dipakai oleh masyarakat dan memiliki arti merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sekatenan, istilah ini biasanya identik dengan prosesi ditabuhnya gamelan sekaten (syahadatain) di Keraton Kanoman pada malam puncak Maulid Nabi Muhammad SAW. Istilah Sakatenan hanya ada di Keraton Kanoman, karena gamelan sekaten yang ditampilkan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hanya ada di sana.

Pelal Ageng memiliki arti malam keutamaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Istilah ini sama seperti Muludan, bisa dipakai secara umum oleh masyarakat Cirebon.

Beda halnya dengan Panjang Jimat, menurut Farihin, istilah Panjang Jimat hanya digunakan di wilayah Keraton Kanoman saja. “Panjang Jimat memiliki cerita atau asal usul yang membuat nama tersebut tetap digunakan hingga sekarang,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Panjang Jimat berasal dari kata panjang yang memiliki makna piring panjang. Piring tersebut merupakan pemberian dari Sanghyang Bango kepada Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1443 Masehi. Jumlah piring tersebut ada 12 buah.

“Kata jimat yang dimaksud di sini adalah nama nasi yang pada proses pembuatannya dibarengi dengan pembacaan sholawat, mulai dari gabah dikupas, pencucian beras (dipesusi) hingga menjadi nasi terus dibacakan sholawat oleh para abdi dalam keraton seperti Bapak Sindangkasih, Perawan Sunti, Panca Pitu, Panca Sanga, Kaum, Penghulu, Para Ratu dan Para Pinangeran khusunya sultan dan patih,” jelas Farihin.

Nasi Jimat yang telah dibacakan sholawat selama proses pembuatannya ini diletakkan di atas piring panjang pemberian Sanghyang Bango. Nasi ini kemudian diarak dari pendopo Jinem menuju Masjid Agung Keraton Kanoman bersama dengan benda-benda pusaka. Karena dianggap memiliki banyak keberkahan, nasi jimat menjadi sajian yang diperebutkan oleh banyak orang yang hadir.

Panjang Jimat dalam penjelasan naskah Kidung Rara Roga (Alih Aksara dan Bahasa oleh TD. Sujana) sudah ada sejak tahun 1470 M. Artinya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah ada sejak masa Pangeran Cakrabuana menjabat sebagai Tumenggung Sri Mangana di Cirebon.

Umumnya perayaan Panjang Jimat diadakan selama lebih dari 40 hari. Mulai dari 1 Safar sampai 15 Rabiul Awal. Pada rentang waktu yang sudah ditentukan itu, terdapat berbagai kegiatan yang digelar sampai malam Puncak Pelal tiba.

Memayu Keraton dan Damel Pawon, merupakan dua kegiatan yang diselenggarakan untuk menyambut perayaan Panjang Jimat. Memayu Keraton diadakan di Keraton Kanoman tepatnya pada setiap tanggal 25 Par-Lu-Ji (Safar) yang mengacu pada kalender Aboge Keraton.

Memayu memiliki arti meng-ayu-ayu atau mempercantik, bisa dimaknai memperindah dan membersihkan seluruh lingkungan Keraton Kanoman. Memayu juga memiliki tujuan untuk membersihkan segala kotoran lahir maupun batin dalam menyambut Pelal Ageng atau malam Panjang Jimat sebagai malam kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Farihin menerangkan, kegiatan Memayu dilakukan untuk pembersihan lingkungan keraton yang prosesnya dibarengi dengan lantunan doa, tahlil, tahmid, sholawat, dan tawasul yang diperuntukan bagi leluhur para wali dan raja-raja Keraton Kanoman. Prosesi Memayu biasanya diawali pada bangunan Lumpang Alu dan di beberapa titik bangunan lainnya yang ada di lingkungan Keraton Kanoman.

“Setelah prosesi Memayu selesai dilakukan, dua hari setelahnya diadakan prosesi Damel Pawon yaitu tepat pada 27 Safar,” kata Farihin.

Ia menjelaskan, Damel Pawon Lebet atau dapur dalem di kedaton atau kediaman sultan dan para sesepuh keraton merupakan tradisi yang bertujuan untuk menyiapkan berbagai macam sajian, seperti nasi jimat, bumbu kebuli dan minyak dari parutan kelapa tua.

Pawon Lebet adalah dapur yang tidak bisa dimasuki oleh orang lain, kecuali trah ratu, keluarga, dan beberapa abdi dalem seperti abdi dalem panca pitu dan panca sanga saja yang berhak untuk memasuki Pawon Lebet ini. Dua abdi dalem tersebut yang bertugas khusus untuk menyiapkan segala persiapan pada prosesi perayaan Panjang Jimat.

Farihin menjelaskan, membuat Pawon Lebet tidak bisa disembarang waktu. Karena pembuatan Pawon Lebet sudah dijadwalkan dan diatur dalam kalender perayaan Panjang Jimat, yaitu pada 27 Par-Lu-Ji. Pawon Lebet adalah tempat khusus untuk memasak Nasi Jimat untuk disiapkan pada iring-iringan pawai alegoris ketika malam Pelal Ageng.

“Nasi Jimat ini juga diyakini mengandung banyak keberkahan, karena mulai dari proses mengupas gabah yang dilakukan satu persatu hingga proses memasaknya, dibarengi dengan lantunan sholawat yang dibawakan oleh bapak Sindang Kasih dan beberapa famili Keraton Kanoman. Itulah mengapa Nasi Jimat dipercaya mengandung nilai keberkahan,” jelasnya.

Di beberapa tempat di Cirebon seperti di Keraton Kasepuhan, Pura Dalem Kacirebonan dan Paguron Kaprabonan juga mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Muludan). Namun, hanya Panjang Jimat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Farihin mengatakan, Panjang Jimat memiliki keistimewaan tersendiri dalam proses penyelenggaraannya. Keistimewaan dari perayaan Panjang Jimat bukan hanya karena rentetan acara yang diadakan lebih panjang. Tapi juga karena beberapa prosesi lain yang menjadi keistimewaan dari perayaan ini seperti, iring iringan pawai alegoris dari Jinem menuju Masjid Agung Keraton, prosesi pencucian benda pusaka (gamelan sakaten), awal mula gong sekaten dibunyikan, sampai prosesi Memayu pada 25 Safar.

Saat prosesi Panjang Jimat berlangsung, diadakan juga pembacaan sholawat yang memuji dan mendoakan Nabi Muhammad SAW, serta ceramah tentang kisah-kisah Rasulullah SAW yang patut untuk dicontoh dan diteladani. Acara yang dilakukan dengan sangat khidmat ini, dihadiri juga oleh keluarga sultan, dan para abdi dalem.

Menurut Farihin, sebagai sebuah tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun, Panjang Jimat tidak terlalu banyak mengalami perubahan. “Perbedaan perayaan Panjang Jimat dulu dan sekarang terletak pada komposisi makan yang disajikan atau bisa dibilang yang sekarang jauh lebih bervariasi, dan banyaknya pedagang disepanjang rute pawai alegoris, hingga jumlah masyarakat yang hadir setiap tahunnya selalu bertambah,” jelasnya.

Ia menegaskan, dapat dikatakan perubahan yang terjadi dalam perayaan Panjang Jimat dulu dan sekarang tidak terlalu signifikan. Biasanya setiap tahun ribuan masyarakat yang ikut menyaksikan Panjang Jimat rela berdiri dan berjalan selama berjam-jam demi mengikuti prosesi perayaan Maulid Nabi tersebut.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,875PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles