Dalam sebuah keluarga kelahiran seorang anak adalah salah satu anugerah dari yang Maha Kuasa. Sejak lahirnya sang anak, setiap orang tua pastinya memiliki harapan baik untuk mereka agar dapat menjadi kebanggaan dalam keluarga maupun berguna bagi banyak orang.
Pengharapan orang tua terhadap anak mereka sering dibuat ke dalam bentuk upacara adat yang sudah dimulai sejak anak masih dalam kandungan hingga Ia lahir. Salah satu bentuk dari tradisi upacara adat yang sering dilakukan para orang tua adalah Tradisi Tedak Siten.
Tradisi khas masyarakat Jawa ini merupakan salah satu upacara adat yang biasanya dilakukan ketika anak berusia tujuh lapan atau 7 tahun 35 hari. Upacara adat ini juga memiliki istilah lain yaitu Turun Tahan.
Upacara Tedak Siten tentunya bertujuan memperkenalkan si anak untuk pertama kalinya menginjak tanah/bumi. Selain itu, diharapkan juga agar anak tersebut ketika dewasa nanti mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan dan harus menghadapinya untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Dikutip dari buku Upacara Tradisional Masyarakat Jawa Karya Thomas Wiyasa Bratawidjaja (2000), Upacara Tedak Siten biasanya dilakukan pada pagi hari di halaman rumah dan tepat di hari kelahiran si anak, misalnya jika anak tersebut lahir pada hari Selasa Kliwon, maka upacara tersebut juga diadakan di hari yang sama dengan hari kelahirannya.
Untuk perlengkapan yang perlu disediakan dalam upacara Tedan Sinten adalah,
1. Sesaji selamatan yang terdiri dari;
● Nasi Tumpeng lengkap dengan sayur mayurnya
● Jenang (bubur) merah dan putih
● Jenang Boro-boro,
● Jajan Pasar Lengkap
2. Juwadah (Uli) tujuh macam warna, yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jambon (jingga), dan ungu. Ketujuh warna pada Juwadah ini juga memiliki makna, yaitu agar kelak si anak dapat menanggulangi bermacam-macam kesulitan/kesukaran.
3. Sekar (bunga), setaman yang ditempatkan di dalam bokor besar dan tahan.
4. Tangga yang terbuat dari batang tebu merah hati. Tangga (tebu) yang dalam bahasa Jawa berarti Anteping Kalbu (ketetapan hati) dalam
mengejar cita-cita agar lekas tercapai.
5. Sangkar Ayam (kurungan ayam) yang juga dihiasi janur kuning atau kertas hias warna-warni. Kurangan ayam ini bermakna agar anak tersebut kelak dapat masuk ke dalam masyarakat luas dengan baik dan mematuhi segala peraturan dan adat istiadat setempat.
6. Padi, kapas, sekar telon (tiga macam bunga, biasanya terdiri dari bunga melati, mawar dan kenanga).
7. Beras kuning, sebagai lembaran uang.
8. Bermacam-macam barang berharga seperti gelang, kalung, peniti, dan lain sebagainya).
9. Barang yang bermanfaat seperti buku, alat-alat tulis, dan sebagainya yang dimasukkan ke dalam bokor kencana.
Jalannya Upacara Tedak Sinten
Dalam upacara Tedak Sinten, ada beberapa prosesi yang di lakukan, yaitu
1. Anak dibimbing berjalan (dititah) tepat di atas Juwadah (uli) yang berjumlah 7 warna seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
2. Setelah melewati Juwadah 7 warna, si anak lalu dinaikkan ke tangga yang terbuat dari tebu merah hati.
3. Selanjutnya, anak itu dimasukkan ke dalam kurungan ayam. Di dalam kurangan ayam tersebut juga sudah dimasukkan bokor yang berisikan padi, gelang, cincin, alat-alat tulis, kapas, dan sebagainya.
4. Bokor tersebut lalu di dekatkan kepada si anak dengan maksud agar Ia mengambil isi (benda-benda) yang ada di dalam bokor itu.
5. Setelah anak itu mengambil salah satu benda dalam bokor tadi, misalnya seperti gelang emas, itu merupakan pertanda jika anak itu kelak akan menjadi orang kaya. Apabila anak itu alat-alat tulis maka pertanda jika kelak Ia akan menjadi pegawai kantor atau orang pandai.
6. Jika sudah, beras kuning dan bermacam-macam uang logam ditabur-taburkan. Para undangan yang berebut untuk mengambil uang tadi merupakan bagian dari acara yang menyemarakan suasana.
7. Setelah prosesi tabur beras kuning dan macam-macam uang logam, anak tadi lalu
dimandikan dengan air bunga setaman agar anak itu sehat dan membawa harum nama keluarga dikemudian hari.
8. Selesai dimandikan, anak itu lalu dikenakan pakaian baru yang bagus agar terlihat rapih dan menyenangkan orang tua serta para tamu undangan.
9. Bila telah selesai memakai pakaian, anak itu lalu didudukkan di dalam rumah yang ada diatas tikar, karper, maupun lampit dan didekatkan lagi bokor yang berisikan beras kuning, uang, dan barang-barang berharga lainnya dengan maksud agar si anak mengambil lagi isinya.
10. Terakhir, agar anak itu mau mengambilnya, orang tua dari anak tersebut membantu untuk mengalihkan perhatiannya dengan memberi aba-aba dengan suara kur-kur-kur seperti memanggil ayam disertai dengan menaburi beras kuning dan bermacam-macam uang serta barang-barang berharga tadi.