23.4 C
Indonesia
Wednesday, November 29, 2023
spot_img

Tari Nandak Ganjen, Penggambaran Gadis Belia Yang Beranjak Dewasa

Tari Nandak Ganjen adalah tari Betawi kreasi baru karya Sukirman atau yang lebih dikenal sebagai Entong Kisam, yaitu seniman Betawi yang sudah menggeluti kesenian Gambang Kromong dan Topeng Betawi sejak 1970.

Tarian yang diciptakan pada tahun 2000 ini ternyata terinspirasi dari sebuah pantun Betawi yang berbunyi “Buah cempedak buah durian, sambil nandak cari perhatian”, dan dari pantun itulah tarian ini kemudian di namai dengan tari Nandak Ganjen. Dalam bahasa Betawi sendiri kata Nandak artinya menari sedangkan Ganjen artinya genit atau centil yang juga dimaknai sebagai sikap menggoda.

Dikutip dari Buku Pertunjukkan Tradisional DKI Jakarta karya Hendra S. (2020), Nandak Ganjen adalah seni tari khas Betawi yang menceritakan tentang seorang gadis belia yang baru beranjak dewasa atau ABG (Anak Baru Gede). Peralihan usia yang terjadi ini tentu memunculkan kecerian dan kegembiraan seorang remaja yang juga dibarengi dengan kecentilan serta sikap genit mereka, namun kadang kala perilaku tersebut justru menimbulkan kekonyolan yang membuat siapa saja tersenyum.

Hal inilah yang kemudian dituangkan ke dalam tari Nandak Ganjen, sehingga para penari yang membawakan tarian ini menampilkan gaya genit dan centil serta canda tawa khas gadis-gadis remaja. Selain itu, seni tari ini juga merupakan turunan dari Tari Topeng yang membawa sisi komedi melalui gerakan tarinya. Ekspresi wajah lucu serta genit dengan gestur menggoda, juga menambah kejenakan sehingga berhasil memancing senyum setiap pasang mata yang menyaksikan.

Nandak Ganjen awalnya ciptakan untuk memenuhi permintaan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1996 untuk menyelenggarakan acara Apresiasi Seni Pertunjukan. Namun, tarian ini kemudian mengalami pengembangan sekitar 12 tahun yang dikerjakan di Sanggar Ratna Sari, yaitu Sanggar miliki Orang tua Entong Kisam yang berlokasi di Ciracas, Pasar Rebo. Sejak mengalami pengembangan itu, tari Nandak Ganjen akhirnya masih digunakan sebagai bagian dari Kesenian Betawi hingga sekarang.

Dalam setiap pertunjukkannya, jika yang membawakan tari Nandak Ganjen adalah penari dewasa, maka biasanya para penari akan menampilkan tarian tersebut sambil bernyanyi. Oleh sebab itu, dalam tarian ini para penari tidak hanya dituntut untuk mampu melakukan olah gerak tubuh saja, melainkan mereka juga harus mampu dalam melakukan olah pernafasan dengan baik sehingga dapat menghasilkan suara yang bulat, utuh, dan keras ketika bernyanyi.

Karena menjadi bagian dari kesenian Betawi, sudah pasti jika musik pengiring tari Nandak Ganjen adalah “Gambang Kromong”. Instrumen yang terdapat dalam iringan Gambang Kromong terdiri dari Gendang, Kempul, Gong, Gong Enam, Kecrek, Ningnong, Tehyan, Kongahyan, dan Sukong.

Tak hanya itu, sebagai turunan dari Tari Topeng, busana yang dikenakan oleh para penari Nandak Ganjen pun serupa (mirip) dengan busana Tari Topeng Betawi, yaitu:

1. Kebaya dengan pola tiga warna (merah, hijau, dan kuning) diujung bagian lengan.

2. Toka-toka, berupa kain yang disilangkan di dada atau variasi teratai yang melingkar dileher dengan panjang hingga ke bagian dada.

3. Kain “Ampreng”, dikenakan di pinggang untuk menutupi bagian perut hingga bawah lutut.

4. “Andong”, untuk menutupi bagian tubuh belakang dari pinggang hingga bawah lutut.

5. Ikat pinggang (pending) bewarna emas, dan

6. Selendang yang dikaitkan di ikat pinggang.

Untuk riasan bagian rambut, umumnya mereka menggunakan Konde Cepol yang diberi hiasan sehingga bisa dikreasikan. Hiasan tersebut biasanya berbentuk seperti sumpit dan bewarna keemasan yang juga terinspirasi dari akulturasi budaya Betawi dan Tionghoa.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles