27.4 C
Indonesia
Sunday, December 3, 2023
spot_img

Soekarno dan Spionase Kupu-Kupu Malam dalam Perjuangan Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Sudah Agustus. Bulan yang identik dengan kemerdekaan. Berbicara kemerdekaan, berbicara perjuangan. Perjuangan kemerdekaan Indonesia melibatkan semua pihak. Dari tua sampai muda. Dari prajurit hingga rakyat biasa. Dari pemuka agama sampai wanita tuna susila.

Ya, anda tak salah membaca. Ada peran wanita tuna susila atau yang dikenal dengan kupu-kupu malam. Sang proklamator, Soekarno sendiri yang menegaskan hal tersebut.

Dalam otobiografinya, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Soekarno terang-terangan memuji peran para kupu-kupu malam sebagai mata-mata.

Bung Karno dan Kegeramannya Terhadap Kaum Pria

“Pelacur adalah mata-mata yang paling baik di dunia. Dalam keanggotaan PNI (Partai Nasional Indonesia) di Bandung terdapat 670 orang perempuan yang berprofesi demikian dan mereka adalah anggota yang paling setia dan patuh,” kata Sukarno.

Keberadaan dan tugas wanita susila di tubuh partai besutannya itu mempunyai alasan tersendiri. Bung Karno gerah dengan anggota partai lain, khususnya dari kaum pria. Soekarno melihat para pria di partainya gila hormat dan memandang keberadaan para wanita di partai tak lain sebagai penghias.

Parahnya, para pria di tubuh partai tak mampu melaksanakan tugas spionase yang diberikan oleh Bung Karno.

“Tak satu pun laki-laki anggota partai yang terhormat dan sopan itu dapat mengerjakan tugas ini untukku,” ujar Bung Karno dalam buku autobiografinya yang ditulis Cindy Adams.

Spionase Kupu-Kupu Malam Bung Karno

Seperti telah disebutkan di awal, tugas para wanita tuna susila itu adalah menjadi sumber informasi. Dalam tugasnya, mereka memberi Soekarno informasi berharga dari polisi-polisi kolonial yang memakai jasa mereka.

Para wanita tuna susilalah yang membantu menyembunyikannya di rumah bordil yang jadi sarang mereka. Selain membuat tempat persembunyian paling aman bagi para pejuang, hunian mereka juga dijadikan tempat penyelundupan senjata bagi para pejuang.

Dikisahkan ada sebuah gerakan bernama Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) yang punya tujuan menyerang Jakarta dalam menaklukan Jepang dan Belanda. Dalam melaksanakan tujuan tersebut, pasokan senjata menjadi hal yang penting.

Para wanita tuna susila yang jadi penyelundup senjata bagi laskar sekaligus hunian mereka menjadi tempatnya.

Robert Cribb dalam buku Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta, menyebutkan para wanita tuna susila Senen menyelundupkan senjata kepada Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) terdiri dari tujuh pasukan inti dengan tingkat kekuatan beragam dan tersebar di Kota Karawang.

Tujuan jangka pendek LRJR adalah menyerang Jakarta dan mengirim Inggris dan Belanda ke laut.

Tak hanya kemampuannya sebagai mata-mata, para wanita susial tersebut pun tak segan-segan menyumbang dana untuk gerakan perjuangan.

Keputusan Bung Karno mengikut sertakan wanita tak bisa diterima semua pihak, termasuk dalam tubuh partainya sendiri. Soekarno pernah mendapatkan protes keras dari tokoh PNI, Ali Sastroamidjojo.

Ali mempertanyakan keputusan Bung Karno merekrut sekitar 670 wanita tuna susila untuk jadi anggota PNI Cabang Bandung. Namun dibaliki penolakan itu, sejarah tetap mencatat kemerdekaan negeri ini ada campur tangan para wanita tuna susila alias kupu-kupu malam di dalamnya.

Jejak wanita susila juga terdapat pada poster propaganda karya pelukis Affandi. Idenya berasal dari Sukarno yang menginginkan sebuah poster sederhana namun kuat sebagai alat propaganda untuk membangkitkan semangat pemuda. Pelukis Dullah sebagai modelnya sedang memegang bendera merah putih dan memutuskan rantai yang mengikat kedua tangannya. Pada poster itu, penyair Chairil Anwar memberinya kata-kata: “Boeng, Ajo Boeng!”

sumber: historia.id | nationalgeographic.grid.id |

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles