Situs Ciung Wanara Karangkamulyan atau yang lebih populer dengan sebutan Situs Karangkamulyan terletak di Desa Karangmulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Situs ini merupakan peninggalan sejarah dari zaman Kerajaan Galuh.
Jika kamu berjalan-jalan ke Situs Karangmulyan, kamu tidak hanya menemukan satu objek saja, tetapi ada beberapa situs. Bagi kamu yang tertarik mempelajari sejarah peninggalan Kerajaah Galuh, Situs Karangkamulyan adalah tempat yang cocok untuk kamu kunjungi.
Sebelum pergi ke sana, yuk,cari tahu dulu sekilas sejarah dan kisah Situs Karangkamulyan dalam artikel di bawah ini!
Situs peninggalan Kerajaan Galuh
Seperti disebut di atas, Situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Kerajaan Galuh di bawah kekuasaan Sang Manarah atau Ciung Wanara.
Peninggalan-peninggalan di Situs Karangmulyan kerap dikaitkan dengan kisah Ciung Wanara, sang Raja Galuh. Ciung Wanara sebelumnya merupakan seorang anak yang berasal dari keluarga Kerajaan Galuh. Karena adanya pertikaian keluarga di kerajaan tersebut, bayi Ciung Wanara terpaksa masukkan ke dalam peti dan ditenggelamkan oleh orang tuanya.
Dalam peti tersebut, ia dibekali sebutir telur ayam dan sebuah keris. Ia ditemukan oleh seorang nelayan. Sang nelayan merawatnya hingga besar dan memberinya nama Ciung Wanara. Telur yang tadinya ditenggelamkan bersama Ciung Wanara juga dirawat hingga menjadi ayam kesayangan Ciung Wanara.
Saat itu Kerajaan Galuh dipimpin oleh Prabu Bondan Sarati, seorang raja yang memimpin dengan sewenang-wenang dan membuat warganya tidak sejahtera.
Ketika Ciung Wanara sudah besar, Bondan Sarati melakukan sayembara sabung ayam. Barangsiapa yang berhasil mengalahkan ayam sang raja, orang itu akan mendapatkan separuh dari kekayaan kerajaan.
Ciung Wanara ikut sayembara ini dan ternyata berhasil mengalahkan ayam sang Prabu Bondan Sarati. Namun Prabu Bondan Sarati tidak ingin memenuhi janji sayembaranya. Ia bahkan menyuruh prajuritnya untuk menangkap Ciung Wanara dan memasukkannya ke dalam kerangkeng, yaitu kurungan berpagar besi.
Saat kerangkeng telah selesai dibuat, Prabu Bondan Sarati masuk ke dalam untuk memeriksanya. Namun, Ciung Wanara yang telah mengetahui siasat sang raja menutup kerangkeng tersebut dan membuat Prabu Bondan Sarati tidak bisa keluar. Sejak saat itu, Ciung Wanara diputuskan untuk menjadi pemimpin Kerajaan Galuh.
Komplek Situs Karangkamulyan
Komplek situs yang sekarang sering dijadikan sebagai destinasi wisata ini memiliki total luas sekitar 25.5 Ha. Tidak hanya satu objek, namun ada beberapa objek situs peninggalan Kerajaan Galuh di wilayah ini.
Sebagai objek wisata, komplek situs ini sudah tertata rapi. Pemerintah dan masyarakat telah membangun gerbang masuk utama di bagian Barat dan menyediakan fasilitas parkir bagi wisatawan yang datang berkunjung. Di sebelah timur parkiran, warung-warung makan sudah berjejer rapi untuk mengobati rasa lapar dan haus para wisatawan.
Jika berkunjung ke sana, ada beberapa objek situs yang dapat kamu temukan, yaitu Batu Pangcalikan, Leuwi Sipatahunan, Sanghyan Bedil, dan Panyabungan Hayam. Selain itu ada Lambang Peribadatan, Cikahuripan, Fetur Parit dan Benteng, Pemangkonan, bahkan Makam Adipati Panaekan dan Makam Sri Bhagawat Pohaci.
Batu Pangcalikan merupakan sebuah lahan yang dikelilingi pagar besi. Di sana terdapat peninggalan berupa batu putih atau batu tufa.
Pada objek Leuwi Sipatahunan tidak ditemukan objek arkeologi. Konon di sinilah Ciung Wanara ditemukan pertama kali sebagai seorang bayi yang baru lahir. Pada objek Sanghyan Bedil, kita bisa menemukan batu-batu yang bentuknya seperti peluru. Menurut kepercaya, tempat ini dulunya dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata.
Kebanyakan objek-objek di situs ini adalah batu yang fungsi dan bentuknya berbeda-beda. Bahkan untuk Makam Adipati Panaekan, ayah bupati Ciamis pertama, dibuat di tengah-tengah tatanan batu yang disusun melingkar. Begitu juga dengan makam yang dipercaya milik Sri Bhagawat Phaci, seorang yang dipercaya sebagai dewi pelindung oleh masyarakat Sunda pada zaman dulu, juga dikelilingi oleh batu susun.