Indonesia bersama Thailand, Filipina, India, dan China menjadi negara dengan produksi beras terbesar di dunia. Indonesia sendiri menempati posisi ketiga sebagai negara produsen beras terbanyak di dunia.
Pada awal tahun 2020 ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras Indonesia menurun dibandingkan tahun lalu. Produksi beras hanya menyentuh angka 31,31 juta ton, lebih rendah 2,63 juta ton atau setara 7,75 persen dari tahun 2018 yang menyentuh 33,94 juta ton.
Beragam penyebab terjadinya penurunan produksi beras di Indonesia setiap tahunnya, mulai dari kekeringan, benih yang kurang baik, hingga hama atau biasa disebut sebagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Hama Penting Tanaman Padi di Indonesia
Intensitas penggunaan pupuk, pestisida, dan menanam sepanjang musim, menjadikan padi sebagai tanaman rentan hama dan penyakit. Kehilangan hasil tanaman padi akibat hama dan penyakit adalah sebesar 20%, disamping kehilangan hasil oleh pengelolaan pasca panen yang tidak optimal.
Wereng batang cokelat (brown planthopper)
Wereng cokelat dapat terbang jauh dari satu negara ke negara lainnya yang masih berlokasi di satu daratan yang sama. Ledakan wereng cokelat dipicu oleh perubahan iklim global yang mempengaruhi sikap hama terhadap tanaman padi. Dilansir oleh Litbang pertanian pangan pada 30 Mei 2014, La Nina dengan curah hujan yang tinggi menimbulkan kelembaban yang tinggi pada musim kemarau dapat mengaktifkan sifat wereng cokelat untuk berkembang dengan populasi yang tinggi. Kondisi ini cocok dengan iklim Indonesia.
Wereng Batang Coklat mampu mengurangi hasil panen sebesar 20.900 ton di Myanmar, 600 Ha tanaman padi menjadi rusak karena puso di Malaysia, dan Indonesia hingga 240.000 Ha.
Begitu pentingnya hama wereng batang cokelat, hingga Pemerintah Indonesia, melalui Kementrian Pertanian mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasi hama ini. Pada tahun 1986 dikeluarkan Inpress No. 3 yang melarang penggunaan 57 formulasi insektisida untuk mengendalikan wereng batang cokelat, karena dampak penggunaan berbagai pestisida menimbulkan gejala resurgensi (lonjakan populasi hama). Pada tahun 2011 keluar Inpres No.5 yang salah satu isinya adalah Bantuan Penganggulangan Padi Puso (BP3) oleh serangan hama wereng batang cokelat.
Kebiasaan petani yang menerapkan masa tanam tidak serempak merupakan pemicu ledakan wereng batang cokelat. Petani bertanam padi saling mendahului, karena kebutuhan air dan harga gabah cukup tinggi. Ledakan hama wereng batang cokelat juga dipicu oleh penggunaan insektisida yang tidak akurat oleh lebih 90% petani di Indonesia pada masanya.
Menggunakan serangga untuk melawan serangga
Sama halnya dengan hubungan antarmanusia, serangga pun memiliki hubungan dan relasinya masing-masing. Sebagaimana wereng batang cokelat berstatus hama, tentu juga ada serangga lain yang memiliki karakteristik pemberantas hama (musuh alami), baik yang memiliki karakteristik predator hingga parasitoid. Sayangnya populasi mereka berkurang karena petani menggunakan pestisida yang tidak tepat.
Refugia sebagai rumah musuh alami
Refugia berbunga akan menyediakan makanan berupa nektar bagi serangga parasitoid maupun predator dewasa. Sehingga keberadaan parasitoid dan predator tetap terjaga ketika di lapang tidak ditemukan inang atau mangsanya. Varietas padi juga berpengaruh terhadap keberadaan hama wereng batang cokelat. Varietas yang tahan hama akan menekan populasi musuh alami juga, sehingga petani perlu bijak memilih varietas dan kombinasi perlindungan padi mereka.
Jenis tanaman hias yang berpotensi sebagai refugia antara lain bunga matahari (Helianthus annuus), bunga kertas zinnia (Zinnia peruviana), (Zinnia acerosa), (Zinnia bicolor), (Zinnia grandiflora), (Zinnia elegans), dan kenikir (Cosmos caudatus).
Sumber : pangan.litbang.pertanian.go.id / cybex.pertanian,go,id