Suka melakukan selfie untuk keperluan instastory? hal tersebut juga menjadi salah satu kegiatan seni fotografi di era sekarang loh. Munculnya smartphone dengan spesifikasi kamera dengan kualitas HD memudahkan anak milenial mengabadikan setiap peristiwa penting melalui seni fotografi.
Generasi milenial sangat dekat dengan dunia fotografi karena mereka suka mengabadikan setiap kegiatan yang dilakukan untuk upload foto setiap momen di akun media sosialnya.
Seni fotografi memiliki catatan sejarah dari setiap masanya, tidak langsung hits seperti masa sekarang. Kini kita mudah mengambil jepretan untuk setiap momen yang ingin diabadikan. Dulu, ada banyak proses yang harus dilakukan sebelum mengambil jepretan foto seperti yang dilakukan oleh Joseph Nicephore di abad ke-19.
Dilansir dari PetaPixel, pertama kali foto diambil tahun 1826 oleh Joseph Nicéphore menggunakan sebuah bahan kimia sejenis aspal (bitumen of Judea) dan menuangkannya ke seluruh pewter plate (piringan yang terbuat dari timah) yang peka cahaya untuk menghasilkan sebuah gambar. Setelah melalui banyak percobaan, akhirnya Joseph menemukan formula yang tepat untuk menghasilkan sebuah foto permanen dengan melakukan penyinaran menggunakan kamera Obscura selama 8 jam.
Saat proses penyinaran tersebut berlangsung, sinar cahaya membuat bagian yang terkena bitumen (bahan kimia berupa aspal) menjadi mengeras. Hal itu justru membantu Joseph menghasilkan sebuah foto dasar. Hal tersebut menjadi asal muasal hasil karya fotografi yang disebut sebagai karya heliografi.
Di tahun 1861 muncul hasil jepretan foto berwarna yang dilakukan pertama kali oleh James Clerk Maxwell seorang ahli fisika matematika dengan cara mengambil serangkaian foto hitam-putih melalui filter hijau, biru-violet, dan merah. Saat itu, Maxwell mampu memproyeksikan tiga gambar terpisah secara bersamaan ke layar dengan hasil gambar yang menampilkan keseluruhan spektrum warna.
Foto digital pertama kali diambil pada tahui 1957, seiring berkembangnya seni fotografi, George Eastman pemimpin perusahaan Kodak Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan roll film dan kamera boks yang praktis sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana, saat itu muncul teknologi canggih berupa fitur perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Saat itu foto digital diambil dari bidikan kamera yang disimpan dalam fitur film yang bisa dicetak, kamera di tahun 1957 memiliki resolusi 176 × 176 dengan bentuk foto persegi yang kini recomended untuk feeds profil Instagram.
Di tahun 1995, format kamera digital mulai beralih menjadi MPEG dan JPEFG yang tidak memakan banyak tempat penyimpanan data. Kamera DSLR ditemukan pada tahun 1999 yaitu Nikon D1 yang mampu menghasilkan gambar beresolusi tinggi. Sekarang kamera DSLR juga masih banyak digunakan oleh para fotografer dengan lensa kamera yang bisa diganti tergantung pada kebutuhan
Di era tahun 2000an kamera digital terus berinovasi dengan beberapa fitur yang kian beragam untuk meningkatkan hasil foto dengan kualitas yang lebih bagus, salah satu meningkatkan ketajaman gambar.
Di tahun 2009, muncul kamera digital “mirrorless” yang disukai oleh para Vlogger untuk mengabadikan setiap moment, bahkan penggunaannya juga masih marak sampai saat ini.
Keuntungan menggunakan kamera mirrorles yaitu memiliki bobot yang lebih ringan dan ringkas, selain itu penggunaan kamera mirroles lensanya bisa disesuaikan dengan kebutuhan seperti kamera DSLR loh. Mengenai kualitas gambarnya juga tak kalah keren dengan kamera DSLR karena dikemas dengan sensor yang berukuran besar.
Seni fotografi sejak dahulu terus mengalami perkembangan yang membantu kita semakin mudah mengabadikan momen.