30.4 C
Indonesia
Saturday, September 30, 2023
spot_img

Sejarah Singkat Psikologi Klinis Di Indonesia

Founder dan Psikolog Klinis Layanan Psikologi Balanceway.id

Oleh: Tri Mahardika Dewi, Psikologi. Founder dan Psikologi Klinis Pusat Layanan Psikologi Balanceway Indonesia.

Psikologi klinis merupakan salah satu bidang psikologi yang paling tua dan juga merupakan akar dari ragam bidang psikologi lainnya di seluruh dunia. Sebelum dibukanya laboratorium psikologi oleh Wilhelm Wundt pada tahun 1879 di Leipzig, sudah banyak ilmu – ilmu yang mulai tertarik dan meneliti terkait dengan perilaku dan kehidupan manusia. Psikologi sendiri merupakan suatu ilmu yang berkembang dari ilmu – ilmu filsafat yang kemudian memperoleh perhatian dan pendalaman dari ilmu eksak dan juga sosial.

Psikologi sendiri berasal dari Bahasa Yunani kuno yang memiliki arti ilmu yang mempelajari jiwa. Jiwa dalam hal ini merupakan perilaku, pemikiran dan kehidupan manusia. Mempelajari bagaimana manusia berpikir, bertindak dan menjalankan hidup dengan ragam keputusan. Hipocrates memprakarsai pendekatan medis untuk fenomena psikologis abnormal yang lambat laun menggantikan konsepsi-konsepsi supranatural atau demonologis.

Dilihat dari cakupannya, psikologi klinis dapat diartikan secara sempit atau luas. Secara sempit, psikologi klinis tugasnya ialah mempelajari orang-orang abnormal atau subnormal. Tugas utama psikologi klinis adalah menggunakan tes yang merupakan bagian integral suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Dalam cakupan yang lebih luas, psikologi klinis adalah bidang psikologi yang membahas dan mempelajari kesulitan-kesulitan serta rintangan emosional pada manusia, tidak memandang ia abnormal atau subnormal. Psikologi Klinis menopang gejala-gejala yang dapat mengurangi kemungkinan manusia untuk bahagia. Kebahagiaan erat hubungannya dengan kehidupan emosional-sensitif dan harus dibedakan dengan kepuasan yang lebih berhubungan dengan segi-segi rasional dan intelektual (Yap Kie Hien,1968).

Di Indonesia sendiri pendidikan psikologi dipelopori oleh Slamet Iman Santoso. Pendidikan ini diharapkan dapat membentuk suatu lembaga yang mampu menempatkan the right man in the right place, karena pada masa itu banyak kejadian di mana orang-orang yang kurang kompeten menduduki posisi penting sehingga membuat keputusan yang salah

Awal dari pendidikan psikologi dilakukan di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh Teutelink yang kemudian menjadi program stiudy psikologi yang pernah bernaung di bawah brbagai fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. Di Jakarta, mata kuliah filsafat dinaungi fakultas sastra; mata kulah statistik oleh fakultas ekonomi, dan mata kuliah faat oleh fakultas kedokteran.

Program studi psikologi kemudian pada tahun 1956-1960 menjadi jurusan psikologi pada fakultas kedokteran UI. Pada tahun 1960 psikologi menjadi fakultas yang berdiri sendiri di UI (Somadikarta et. Al. 2000). Kurikulum dan pelaksanaan program study psikologi dimulai sebelum tahun 1960, dibina oleh para pakar yang mendapat pendidikan Doktor (S3) dan Doploma dari negeri Belanda dan Jerman. Liepokliem mendirikan bagian klinis dan psikoterapi bertempat di barak I RSUP (RSCM). Yap Kie Hien mendirikan bagian psikologi eksperimen di salemba. Myra Sidharta mendirikan klinik bimbingan anak. Koestoer dan Moelyono memimpin bagian psikologi kejuruan dan perusahaan (sekarang psikologi industri dan organisasi) kemudian diperkuat oleh A.S.Munandar. bagian posikologi sosial dirintis oleh Marat kemudian dipimpin oleh Z.Joesoef. setelah kepergian Liepokliem ke Australia, bagian psikologi klinis dan psikoterapi berganti nama menjadi bagian psikologi klinis dan konseling dipimpin oleh Yap Kie Hien (1960-1969). Namun dengan adanya pengertian yang luas tentang psikologi klinis, maka nama bagian psikologi klinis-konseling berganti lagi menjadi bagian psikologi klinis.

Sejak tahun 1992, pendidikan akademik dan pendidikan profesi psikolog dipisahkan untuk memungkinkan sarjana psikologi meneruskan ke bidang lain yang mereka minati. Sebelumnya, sarjana psikologi adalah juga psikolog karena pendidikan praktik digabungkan pendidikan akademik, kemudian suatu forum menyepakati bahwa prasyarat bagi pendidikan profesi psikolog – agar dapat melakukan praktik psikologi – adalah tingkat S2, namun hal itu baru diberlakukan di UI saja. Forum ini terdiri dari dekan-dekan Fakultas Psikologi – yang kini mencapai 20 Fakultas Psikologi negeri dan swasta – dan organisasi Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).

Sejak 1994, psikolog yang berpraktik – artinya memberikan konsultasi psikologi, melakukan asesmen atau psikodiagnostik, dan melakukan konseling dan terapi – diwajibkan memiliki Izin Praktik Psikolog. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh rekomendasi dari oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang Himpsi. Izin diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan rencananya akan dikeluarkan oleh Himpsi sendiri.

Namun demikian, dengan berjalannya waktu saat ini psikologi klinis telah memiliki asosiasi yang berada di bawah naungan HIMPSI dengan nama Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia). Di mana, asosiasi ini telah diakui secara resmi oleh kementerian Kesehatan dan juga telah berbadan hukum. Saat ini para Psikolog Klinis yang berpraktik merupakan tenaga Kesehatan yang diakui oleh negara dengan kewajiban memiliki dokumen penyerta berupa STR dan SIPPK yang dikeluarkan langsung oleh kementerian Kesehatan. Hal ini mendukung perkembangan Psikolog Klinis untuk dengan jelas dapat menjalankan tugasnya di bidang Klinis dengan tanggung jawab sekaligus perlindungan.

Tujuan dari dibentuknya ragam asosiasi yang berbeda yang disesuaikan dengan minat dan keahlian dari para psikolog adalah untuk memastikan  bahwa Psikolog memiliki keahlian dan profesionalitas yang mendalam dan tajam. Mengingat selain psikologi klinis masih terdapat banyak bidang – bidang psikologi lainnya yang memiliki keahlian dan pendekatan yang berbeda – beda. Oleh karena itu, pemisahan minat dan adanya sertifikasi – sertifikasi tambahan yang legal dapat membantu public untuk mengenali keahlian dan keamanan dari para tenaga psikolog klinis untuk menghindari kerugian di kedua belah pihak.

Saat ini di Indonesia keberadaan psikolog klinis mulai menjadi sorotan karena berkembang pesatnya informasi dan juga munculnya ragam kasus dan fenomena baru yang erat berkaitan dengan kondisi psikis manusia. Sudah banyak masyarakat dan juga Lembaga yang menyadari pentingnya Kesehatan mental dan keberadaasn psikolog klinis dalam menyelesaikan ragam permasalahan manusia baik secara individu maupun komunitas. Hanya saja, memang masih memerlukan perjuangan lanjutan untuk dapat terus mengedukasi masyarakat sekaligus melakukan perbaikan untuk memastikan regulasi akan psikolog klinis yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapannya kedepan profesi psikolog klinis dapat menjadi lebih ajeg dan kuat lagi seperti halnya profesi ini di luar negeri yang telah lebh dulu berkembang.

Artikulli paraprakPohon Jati Cirebon
Artikulli tjetërMenelusur Candi Ditanah Pasundan

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,875PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles