25.4 C
Indonesia
Sunday, September 24, 2023
spot_img

Menelusur Candi Ditanah Pasundan

Tempo hari, seorang kawan dari Jawa Timur bertanya ke saya perihal candi di Jawa Barat. “Kang, yen nang Jawa Kulon iku ono ra bangunan candi? Lek ono, opo jumlahe podo karo candi nang Jawa Tengah karo Jawa Wetan?” tanyanya saat kami bercengkerama di sebuah hotel di Surabaya ketika itu.

Saya sempat mengernyitkan dahi mengingat orang yang punya hobby di luar bidang humaniora, ternyata sempat memikirkan hal-hal yang sebetulnya jauh dari kehidupan kawan saya itu. Jelas saya takjub, sebab di samping bukan hobby nya sejarah pun bukan bidang keahliannya.

Saya coba sampaikan pendapat saya kepadanya mengenai eksistensi candi di Tatar Pasundan. “Sebetulnya, sampai tahun 2019 ini, sudah belasan candi yang ditemukan di wilayah Pasundan. Temuan terakhir, adalah struktur bangunan dari batu bata yang diduga candi di Sambimaya, Indramayu.”

Mendengar hal itu, ia tampak terperanjat. Karena memang sepengetahuannya, di Jawa Barat itu bangunan candi sangat langka sekali. Apalagi, kerajaan masa lampau yang diketahuinya beragama Hindu atau Buddha di Jawa Barat hanya Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran.

Perihal minimnya jumlah candi di Jawa Barat, beberapa kali pernah didiskusikan para ilmuwan sejarah dan arkeologi. Dalam hal ini, diduga penyebab sedikitnya candi di Bumi Pasundan adalah karena kecenderungan sosiologis-agrikultural, proses Islamisasi, ajaran monoteisme lama, dan tradisi egaliter masyarakat.

Selain itu semua, sebetulnya ada faktor lain yang juga patut mendapat perhatian, yakni karakter geologis-vulkanis Tatar Pasundan. Sebagaimana diketahui, daerah ini merupakan kawasan pegunungan api yang sebagiannya aktif. Labilnya lapisan tanah itu, memengaruhi gaya bangunan arsitektur masyarakat Sunda.

Dibanding menggunakan bahan permanen seperti halnya batu atau bata secara menyeluruh, orang Sunda lebih memilih memanfaatkan kayu sebagai bahan utama bangunannya. Hal itu dilakukan sebagai respon atas banyaknya kejadian gempa yang terjadi disana. Lagipula, mata pencaharian lamanya adalah ngahuma.

Tidak hanya bangunan komunal seperti halnya tempat ibadah atau candi, istana atau pusat kerajaan di Jawa Barat pada masa lalu juga tetap memanfaatkan kayu. Tome Pires menyatakan kesaksiannnya bahwa, “istana Raja Sunda terbuat dari kayu sejenis palem, yang bangunannya ditopang 330 pilar kayu berukir sebesar tong anggur dengan ketinggian 4 pathom.”

Pelbagai kenyataan ini, setidaknya memberi pemahaman pada kita bahwa minimnya jumlah candi di Bumi Pasundan memiliki pelbagai varian alasan. Yang semuanya kembali pada pelbagai macam kondisi aktual yang memang ada di tengah masyarakat Sunda pada masa itu.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,870PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles