30.4 C
Indonesia
Saturday, September 23, 2023
spot_img

Jembatan Cirahong: Jembatan Tua Buatan Belanda yang Penuh Misteri

Jika kamu sering melakukan perjalanan pulang-pergi antara Tasikmalaya dan Ciamis, kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan Jembatan Cirahong. Ya, jembatan yang sudah mulai digunakan sejak tahun 1893 ini memang berfungsi untuk menghubungkan kedua kabupaten yang ada di Jawa Barat tersebut.

Selain itu, Jembatan Cirahong, jembatan yang terletak di Tasikmalaya dengan panjang 202 meter, saat ini dilewati oleh kereta api jarak jauh jurusan Bandung-Yogyakarta-Surabaya dan Jakarta-Purwokerto melalui Bandung.

Meskipun usianya sudah terbilang tua, namun jembatan ini masih menggantung sangat kokoh. Ia bertumpu pada 4 tiang. 2 tiang di tengah adalah tiang besi, sementara 2 tiang lainnya terbuat dari semen dan batu. Bangunan atas jembatan ini terbuat memiliki berat 795 ton, sementara pilar besinya seberat 195 ton.

Sebagai jembatan yang sudah tua, Jembatan Cirahong ini juga memiliki sejarah yang berkaitan dengan Belanda, lho. Bukan hanya itu, jembatan ini juga menyimpan misteri yang ceritanya banyak tersebar di kalangan masyarakat.

Penasaran? Baca artikel ini sampai selesai, yaa..

Sejarah Jembatan Cirahong

Jembatan Cirahong mulai dibangun pada masa kolonialisme Belanda di Indonesia, tepatnya pada 19 Agustus 1983, yakni pemasangan pilar batu pertama. Awalnya pemerintah kolonial tidak ingin membangun jalur kereta api di perbatasan Ciamis-Tasikmalaya. Selain biayanya yang mahal karena jembatan harus melintasi Sungai Citanduy, konon pemerintah Hindia Belanda juga tidak terlalu sering menggunakan area tersebut untuk melintas.

Namun, Kangjeng Prabu, Bupati Galuh saat itu, membujuk pemerintah Hindia Belanda untuk membangun jembatan beserta rel kereta api untuk menghubungkan Ciamis dan Tasikmalaya. Hal ini disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga Jembatan Cirahong pun dibangun.

Dalam masa pembangunannya, bangunan atas jembatan sudah selesai dibangun pada 29 September 1893. Di pertengahan Desember 1893, Jembatan Cirahong mulai dapat digunakan untuk kereta api.

Jembatan hasil rancangan pemerintah Belanda ini unik karena terdiri dari dua tingkat, atau dengan kata lain memiliki fungsi 2 in 1. Bagian atas jembatan digunakan sebagai rel kereta api. Di bagian bawah, terdapat lorong dan jalan yang difungsikan untuk kendaraan roda dua dan roda empat.

Jembatan Cirahong sudah pernah mengalami perbaikan yang dilakukan oleh Djawatan Kereta Api (Saat ini PT KAI) dalam kurun waktu 2 tahun, yakni 1956-1958. Setelah melakukan perbaikan, Djawatan Kereta Api juga menambah kekuatan jembatan. Saat pertama kali digunakan, jembatan ini mampu menahan muatan hingga 5,55 ton per meter. Setelah kekuatannya ditambah, jembatan ini mampu memuat beban hingga 8,75 ton per meter.

Misteri yang menghantui warga

Seperti banyak jembatan-jembatan besar di Indonesia. Jembatan Cirahong juga menyimpan banyak misteri. Di balik kemegahannya, terdapat kisah mistis yang disembunyikan.

Hasil investigasi tim Kisah Tanah Jawa menyatakan bahwa pada awal pembangunan jembatan ini, sang penunggu Sungai Citanduy pernah meminta tumbal berupa sepasang pengantin baru.

Konon sebelum pembangunan jembatan dimulai, seorang perwakilan dari pemerintah Hindia Belanda menemui seorang sesepuh desa bernama Sukasna untuk meminta petuah. Namun menurut Sukasna, pembangunan jembatan tersebut akan berjalan lancar dan tidak ada gangguan-gangguan yang bersifat mistis.

Saat pembangunan berjalan, ternyata banyak gangguan yang tidak masuk akal. Salah satunya adalah Sungai Citanduy yang banjir meski tidak datang hujan.

Pihak suruhan Hindia Belanda kembali memutuskan untuk menemui Sukasna. Akhirnya, sesepuh desa itu mencoba berkomunikasi dengan makhluk ghaib yang dipercaya merupakan penghuni Sungai Citanduy.

Dalam komunikasi beda alam tersebut, Sukasna mengetahui bahwa lokasi pembangunan jembatan itu adalah kediaman sepasang siluman ular bernama Nyai Odah dan Aki Boh’ang. Agar pembangunan jembatan dapat diselesaikan, kedua siluman ular tersebut meminta tumbal berupa sepasang pengantin baru.

Setelah informasi tersebut disampaikan ke pemerintah Hindia Belanda, muncullah siasat jahat untuk mencelakai sepasang pengantin yang kebetulan saat itu baru melaksanakan pernikahan.

Baru saja resepsi nikah mereka selesai, keduanya diculik. Setelah menyediakan sesajen di dekat jembatan, kedua pengantin yang malang dimasukkan ke dalam lubang pondasi dalam keadaan terikat tali.

Para pekerja kasar yang berkontribusi dalam pembangunan Jembatan Cirahong tidak mengetahui terdapat sepasang pengantin baru di dalam lubang pondasi. Pemerintah Hindia Belanda meminta para pekerja untuk segera mengecor jembatan. Lubang pondasi ditutupi dengan adonan semen, pasir, dan batu. Kedua pasangan pengantin baru itu pun terkubur di sana.

Konon, kedua pengantin mendiami bagian tengah jembatan, sementara Nyai Odah dan Aki Boh’ang mendiami kedua sisi samping Jembatan Cirahong.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,868PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles