Sobat Tapak suka kulineran? Wah..emang sih, sekarang dunia kuliner di Indonesia sedang banyak inovasi. Rasa yang dimodifikasi sedemikian rupa, membuat sobat Tapak semakin penasaran mencoba menu baru setiap harinya. Gak Cuma itu sih, kehadiran food vlogger yang sedang hits di Youtube juga bikin menggugah selera. Eits..jangan cuma ngikutin mukbang para food vlogger, sebagai salah satu upaya melestarikan kuliner nusantara, sobat Tapak juga wajib tahu beberapa sejarah dibalik setiap makanan Indonesia yang biasa kamu konsumsi. Penasaran gak nih? Jangan sampai lapar, siapin cemilan dulu sebelum membaca. Yuk disimak sampai habis!

Kerak Telor
Kuliner Jakarta yang masih eksis ini memang punya penggemarnya sendiri, sobat Tapak. Kalau kamu lagi kepengin kerak telor, kamu bisa menemukannya di kawasan wisata kota tua Jakarta, dan hampir disetiap pagelaran ulang tahun kota Jakarta seperti Pekan Raya Jakarta.
Terbuat dari nasi yang dibuat mengeras seperti kerak dan ditambah telur juga taburan serundeng kelapa yang gurih bikin kerak telor disukai banyak orang. Cara memasaknya pun terbilang unik, yaitu diatas tungku arang kecil sehingga menimbulkan aroma kerak yang wangi. Tau gak sih? Sebenarnya menu kerak telor sudah ada sejak jaman Belanda saat menjajah kota Batavia. Dahulu, kota Jakarta banyak ditumbuhi pohon kelapa dan sekelompok masyarakat Betawi mencoba-coba mencampurkan serundeng kelapa dengan beras ketan yang dibakar menjadi kerak, telur, dan bermacam bumbu. Maka jadilah kerak telor seperti saat ini. Pada awal-awal penemuannya, kerak telor belum dipublikasikan ke banyak orang. Namun, pada tahun 1970, barulah bermunculan pedagang kerak telor di pelataran Monas dan tidak disangka menu iseng-iseng ini laku keras!

Bika Ambon
Untuk sobat Tapak pecinta dessert atau makanan yang manis-manis, pasti tidak asing dengan kudapan Nusantara yang satu ini. Tekstur yang kenyal, bentuknya yang berongga-rongga, rasa manis, dan aroma yang khas menjadikan kue Bika Ambon ini sajian yang tidak lekang oleh waktu. Sudah banyak yang tahu, bahwa bika Ambon bukanlah oleh-oleh dari Kota Ambon, melainkan kuliner kebanggaan kota Medan. Tapi kenapa yah kok asalnya dari Medan, tapi dinamakan Bika Ambon? Jadi begini sobat Tapak, perlu sobat ketahui bahwa Bika Ambon ini awalnya adaptasi dari kuliner Melayu yang bentuknya hampir serupa yaitu bernama bingka atau bika. Penambahan kata Ambon pada kudapan ini karena pertama kali di jual dan menjadi terkenal di Jalan Ambon, SeiKera, Medan. Versi lain menyebutkan bahwa kata “Ambon” berasal dari bahasa Medan yang berarti lembut, yang memang sesuai dengan tekstur Bika Ambon yang lembut.

Pempek
Apa yang ada dibayangan sobat Tapak jika mendengar kata Palembang? Pasti salah satunya adalah Pempek.Yak! Pempek memang kuliner khas Palembang yang gak bisa ditolak walau sedang diet. Gimana tidak, tekstur pempek yang kenyal dengan cita rasa khas ikan tenggiri dan dilengkapi dengan kuah cuka yang asam pedas manis ini selalu jadi menu yang pasti jadi oleh-oleh saat berkunjung ke kota Palembang. Menurut beberapa sumber, pempek sudah ada sejak abad ke-16 pada masa kerajaan Palembang Darussalam yang saat itu dipimpin oleh Sultan Badaruddin II. Saat itu Pempek menjadi menu yang hanya disajikan untuk acara tertentu saja. Pada awalnya Pempek hanya dibuat oleh warga keturunan Palembang saja. Berawal pada tahun 1916, warga TiongHoa banyak yang mencoba menjajakan menu ini di kawasan keraton dan mulai saat itu Pempek menjadi santapan masyarakat Palembang yang bisa dikonsumsi kapan saja. Asal muasal kata Pempek adalah sebutan pembeli kepada penjual keturunan Tionghoa tersebut yaitu “Empek” atau “Pek, empek!” jadi, sampai saat itu masyarakat menyebut makanan ini dengan Pempek.

Nasi Jamblang
Kalau sobat Tapak melewati jalur Pantura jangan lupa melipir ke kota Cirebon untuk menyicipi kuliner khasnya yaitu Nasi Jamblang atau warga lokal menyebutnya Sega Jamblang. Dinamakan Nasi Jamblang, karena kuliner ini berasal dari Desa Jamblang, salah satu desa di Kota Cirebon. Yang menjadi ciri khas nasi jamblang ini adalah pembungkusnya yang menggunakan daun jati dan menghasilkan aroma yang khas pada nasi. Kuliner yang berusia lebih dari 120 tahun ini sebenarnya memiliki sejarah yang cukup menyedihkan, sobat Tapak. Dahulu, saat terjadi sistem kerja paksa atau Romusha oleh penjajah Belanda, para pekerja yang harus mengerjakan pembangunan jalanan dari Anyer ke Panarukan tersebut kebingungan bagaimana membawa bekal makanan mereka. Kemudian sekelompok masyarakat Desa Jamblang, Cirebon mengusulkan untuk menggunakan daun jati sebagai alat pembungkus. Setelah dicoba ternyata benar, nasi yang dibungkus daun jati akan lebih tahan lama dan menciptakan rasa dan aroma yang khas. Sejak saat itu, mereka mulai membungkus nasi dan ditambah lauk pauk seperti ikan asin, tahu, tempe kedalam daun jati. Sampai saat ini, makanan pendamping nasi jamblang sudah beragam. Tidak hanya tempe, tahu, dan ikan asin, tapi juga ayam bakar, telur, sambal, sampai sate jeroan yang menggugah selera. Duh..jadi mulai lapar nih!

Rendang
Siapa sih yang bisa nolak makanan yang satu ini? Rendang memang salah satu kuliner kebanggaan Indonesia. Bagaimana tidak, pada 12 Juli 2017 Rendang dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia. Gak hanya enak, makanan khas Padang yang berbahan dasar daging sapi dan rempah yang menyerap ini ternyata punya sejarah dan nilai filosofis yang musti sobat Tapak tahu. Asal kata rendang berasal dari kata “marandang” yang artinya secara lambat. Ini sesuai dengan proses pembuatan rendang yang memang membutuhkan waktu yang lama agar daging bisa empuk serta bumbu meresap sempurna. Jadi, sebenarnya rendang bukanlah nama makanan tapi proses pemasakan. Awalnya rendang disajikan di upacara tertentu saja, bisa meluas dan terkenal karena banyak perantau Minang yang membawa rendang sebagai perbekalan, menjadikan rendang terkenal dan digemari di kota besar sampai saat ini. Karena proses memasak yang lama, Rendang bisa bertahan sampai satu bulan lamanya. Tidak hanya enak untuk santapan sehari-hari, rendang memiliki 3 filosofi yang dipercaya oleh orang Minang, yaitu ketekunan, kesabaran, dan kebijaksanaan. Ketiga sifat ini sangat diperlukan saat mengolah rendang. Mulai dari memilih bahan yang berkualitas baik, dan ketekunan memasak dalam waktu yang cukup lama.
Nah, sobat Tapak sudah tahu kan..kekayaan budaya Indonesia termasuk kulinernya memang wajib banget diteruskan oleh kita yang masih muda.
Menyantap kuliner Nusantara sambil menceritakan nilai history makanan tersebut bisa jadi ide yang bagus kan untuk bahan obrolan bersantap bersama teman-teman.
Bagikan history kuliner ini keteman-teman kamu ya, jangan lupa ajak saudara dan kerabat untuk update website tapak.id ini. Karena sejarah perlu ditularkan dan dilestarikan, jadi jangan cuma dibaca sendirian.
Dari semua menu makanan tersebut, sobat Tapak jadi pengin makanan yang mana nih?