Bandung sebagai ibukota Jawa Barat menyimpan berbagai cerita sejarah. Hal ini terbukti dari banyaknya situs-situs sejarah di sana. Namun ternyata, di Jawa Barat bukan hanya Bandung yang memiliki bangunan sejarah, Indramayu juga punya, lho!
Namun sayang, situs sejarah bernama Gedong Duwur yang terdapat di Desa Penganjang, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu ini tidak sepopuler situs-situs sejarah di Bandung. Bahkan, bisa dikatakan Gedong Duwur merupakan salah satu situs sejarah yang terbengkalai.
Yuk, kenali Gedong Duwur dan ketahui bagaimana kondisinya saat ini!
Gedung tinggi di Desa Penganjang
Gedong berarti “gedung”, sementara Duwur berarti “tinggi”. Jadi secara harafiah, Gedong Duwur diartikan sebagai gedung tinggi. Nama tersebut diberikan karena bangunan ini memang dibangun lebih tinggi dibanding bangunan lain di Desa Penganjang.
Pada awal didirikannya Gedong Duwur, yakni tahun 1901, bangunan ini digunakan untuk menjalankan fungsi pemerintahan Belanda di Indramayu, yakni sebagai kantor asisten residen.
Struktur Gedong Duwur saat ini masih sama dengan bentuk aslinya saat pertama kali dibangun. Selain itu, bahan lantai yang terbuat dari tegel, serta jendela dan pintu yang terbuat dari kayu jati juga belum diganti, masih sama dengan bahan aslinya.
Karena keaslian tersebut, sesuai SK Menteri No PM.58/PW.007/MKP/2010, Gedong Duwur ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya nasional.
Kondisi Gedong Duwur saat ini
Meskipun sudah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya nasional, namun sayang, bangunan ini bisa dikatakan sudah tidak terjaga keasliannya. Jika kamu berjalan-jalan ke Desa Penganjang, kamu akan menemukan bangunan ini berdiri dengan cat warna-warni. Hal ini dikarenakan warga setempat mengecat Gedong Duwur dengan tujuan agar bangunan tersebut tidak tampak tua.
Selain untuk mengurangi kesan tua dari gedung tersebut, Gedong Duwur dibuat warna-warni karena gedung bersejarah tersebut saat ini difungsikan sebagai gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Lavender Kencana.
Pengecatan Gedong Duwur tidak diaplikasikan ke seluruh bagian gedung. Jika dari depan gedung ini terlihat berwarna-warni, bagian belakangnya terlihat berlubang dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Cat putih, cat asli Gedong Duwur saat pertama kali dibangun, sudah mengelupas. Kayu-kayu penyangka serta lantainya juga sudah berada dalam kondisi rusak dan tidak terawat.
Tidak jauh dari Gedong Duwur, terdapat deretan rumah yang dulunya dijadikan sebagai asrama KNIL, yaitu Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Hingga saat ini, asrama tersebut masih digunakan sebagai tempat tinggal beberapa anggota TNI.
Masih di area yang sama, terdapat pula makam Belanda. Dulunya di sana terdapat 50 makam dan saat ini hanya tertinggal 7 makam saja. Bahkan terdapat sebuah batu nisan atas nama Martinus Azon Cornelis, seorang Direktur Tjimanuk, yang dijadikan sebagai penutup septic tank oleh warga setempat.
Situs sejarah lain yang berada di area terdekat adalah penjara Belanda. Namun saat ini, area tersebut terhalang oleh kandang ayam milih warga Desa Penganjang.
Nah, berikut informasi mengenai kondisi Gedong Duwur di Indramayu secara umum. Menyedihkan, bukan?
Sebagai orang yang mencintai sejarah, sudah sebaiknya kita merawat peninggalan sejarah yang masih ada hingga saat ini. Kita berharap semua masyarakat Indonesia lebih peka dan peduli terhadap peninggalan sejarah. Untuk pemerintah, kita berharap semua cagar budaya dan warisan sejarah dapat lebih diperhatikan, bila perlu didokumentasikan agar seluruh masyarakat Indonesia tahu bahwa kekayaan kita tidak berhenti hanya di cerita sejarah, tetapi juga situs-situs sejarah.