Beberapa hari lalu, kita baru saja memperingati Hari Anak Nasional. Hari Anak nasional ada sebagai bentuk motivasi agar anak Indonesia bisa tumbuh dan mendapatkan haknya sebagai generasi penerus bangsa. Namun, di era sekerang, ada satu hal yang sulit mereka dapatkan: lagu anak.
Ya, sudah lebih dua dekade anak-anak Indonesia tidak lagi bisa mendengarkan lagu-lagu seusianya. Sekarang mudah dijumpai di lingkungan rumah, mall, bahkan hingga sekolah dimana anak-anak kecil dengan senang hati dan penuh penghayatan menyanyikan lagu orang dewasa yang dipenuhi lirik percintaan bahkan beberapa diantaranya mengandung umpatan.
Kondisi diperparah dengan kurangnya media, terutama televisi menghadirkan acara yang isinya adalah kumpulan lagu anak. Televisi lebih suka menyajikan tayangan dewasa, penuh intrik, dan lagu-lagu yang segmennya remaja dan dewasa. Maka tak heran, kini tak lagi bermunculan penyanyi-penyanyi cilik. Melihat kondisi di atas, maka kini bisa dibilang Indonesia darurat lagu anak.
Tak Bisa Lepas dari Pasangan Kasur
Bagi generasi 80 dan 90-an, tentu tidak asing mendengar nama Pak Kasur. Lelaki bernama asil Soerjono ini merupakan salah satu pencipta lagu anak-anak yang tak asing di telinga yang lahir di tahun 80-90an.
Bangun Tidur, Hujan, Naik Delman, dan Lihat Kebunku adalah beberapa lagu anak ciptaan dari suami Sandiah ini. Keduanya, di masa muda merupakan penyiar Radio Republik Indonesia.
Mereka memandu acara anak di RRI. Jika Pak Kasur berhalangan hadir, Bu Kasur yang mengambil alih. Eksistensi mereka semakin merebak kala TVRI pada 1962 juga meminta Pasangan Kasur memandu acara “Arena Anak-Anak”, “Mengenal Tanah Air”, dan “Taman Indria Bu Kasur”.
Hebatnya, Bu Kasur mampu mempertahankan keceriaan dan perhatian penonton anak-anak di layar TV swasta lewat program Hip-Hip Ceria.
Semasa hidup Pak Kasur menciptakan setidaknya 140 lagu anak, sementara istirnya, Bu Kasur menciptkana 20 lagu anak dan bila diperhatikan, lagu-lagu karya Pak Kasur dan Bu Kasur cenderung singkat dan menghindari huruf “r”. Hal tersebut bertujuan agar lirik lagu mudah diingat dan tidak susah untuk dilafalkan oleh anak-anak.
Selain Pasangan Kasur, ada pencipta lagu anak yang karyanya masih sering kita dengar. Ada Ibu Sud, AT Mahmud, dan Papa.T.Bob.
Era Kejayaan Lagu Anak
Tahu Bondan Prakoso? Mungkin remaja sekarang tahunyaBondan Prakoso adalah musisi beraliran hip hop, metal, dan funky. Namun, bagi generasi milenial atau generasi 90-an, Bondan adalah salah satu penyanyi cilik idola.
Bondan kecil terkenal dengan lagunya yang berjudul Si Lumba-Lumba. Anak-anak yang tumbuh di era-90 an sampai awal 2000 saat mendengar lagu si Lumba-Lumba pasti akan ikut bernyanyi sambil loncat-loncatan.
Bisa dibilang era 90-an hingga awal 2000 adalah masa kejayaan lagu anak. Tidak hanya karena anak-anak masih hafal lagu ciptaan Pak Kasur, Bu Kasur, dan Ibu Sud, atau AT Mahmud, tapi juga di era tersebut bermunculan penyanyi cilik.
Di masa itu siapa sih yang tidak hafal lagu diobok-oboknya Joshua Suheraman? Bus Sekolahnya Trio Kwek-Kwek atau Dudidamnya Enno Lerian. Bahkan jika ada kompetisi menyanyi antar sekolah atau pentas seni saat perayaan tujuhbelasan, lagu-lagu tadi bisa dibilang andalan bagi anak-anak yang hobi olah vokal.
Bukan cuma penyanyi cilik, kehadiran acara anak di stasiun televisi swasta semakin memanjakan anak-anak di era itu. Beberapa acara televisi yang kerap menayangkan lagu anak antara lain Dunia Anak dan Bando Ya Ampun. Memasuki dekade 2000-an acara-acara ini lenyap seiring dengan gempuran lagu-lagu dan acara musik remaja dan dewasa.
Zaman Berubah, Lagu Anak Tak Tentu Arah
Perkembangan dunia digital dan mulai munculnya media sosial membuat anak-anak tak lagi cinta dengan lagu untuk seusianya. Anak-anak era medsos lebih suka menyanyikan lagu yang tak jauh dari cinta-cintaan bahkan perselingkuhan. Suatu tema yang anak 90-an membayangkannya saja tak pernah.
Ironisnya, televisi semakin memanjakan telinga anak dengan gempuran lagu khusus dewasa hampir di setiap acaranya. Mulai dari acara musik pagi, sinetron, bahkan di acara audisi penyanyi cilik sekalipun.
Di sebuah stasiun televisi swasta, ratusan anak berbondong-bondong ikut audisi agar bisa menggapai cita-cita mereka sebagai penyanyi cilik. Alih-alih membawakan lagu Balonku, Tanam Jagung, atau Pelangi, para anak usia sekolah dasar menyanyikan lagu dari band atau musisi yang lagunya secara segmen diperuntukan untuk kakak atau bahkan orang tuanya.
Tahun 2010 sampai 2011 sebenarnya ada harapan untuk lagu anak. Penyanyi cilik dibawah perusahaan rekaman bermunculan. Sayangnya, tak hanya lagu yang dibawakan, tapi tampilan mereka juga dipaksakan menjadi dewasa.
Para penyanyi cilik tersebut tampil dengan tampilan kostum ala-ala Boyband yang saat itu memang tengah hits. Lagunya? Jangan ditanya. Sudah pasti cinta-cintaan.
Boomingnya Youtube, membuat televisi sedikit ditinggalkan. Banyak acara yang tadinya di televisi pindah ke platform berbagi video tersebut. Ada harapan muncul acara anak yang lebih fresh dan mengikuti perkembangan zaman tapi tetap sesuai untuk anak-anak. Sayang harapan tinggal harapan.
Anak-anak di era Youtube lebih menyukai video review game yang terselip kata-kata kasar dari Youtubernya atau video-video prak yang justru jadi bumerang buat anak yang menonton. Memang ada beberapa channel yang menghadirkan kumpulan lagu anak era 90an atau penyanyi cilik era 90-an yang kini telah dewasa menyanyikan lagu anak yang dulu pernah mereka bawakan. Tapi ya penikmatnya pun generasi milenial alias generasi 90an. Itupun sekedar untuk nostalgia. Anak-anak zaman sekarang mungkin tak tertarik.
Harus berbuat apa?
Ada yang beranggapan tidak munculnya lagu anak di era sekarang karena regenerasi pencipta lagu anak, anggapan kalau industri musik anak-anak ini tidak ada pasarnya, berkurangnya dukungan dari televisi dan radio seperti dulu.
Namun menyerah bukan alasan. Untuk kamu yang lahir dan tumbuh dengan lagu anak-anak ciptaaan Pak Kasur, Bu Kasur, AT Mahmud, dan Papa.T.Bob dan saat ini punya adik kecil bahkan mungkin sudah punya anak ada baiknya luangkan waktu untuk memlilih lagu yang tepat untuk mereka.
Jika sulit menciptkan suasana penuh lagu anak seperti masa kamu dulu, setidaknya adik-adik kecil kita jangan sampai terjebak menyanyikan lagu yang jauh dari kata pantas untuk mereka.
Sumber: Tagar.id, Tirto.id, pophariin.com,greatnesia.id.