Jakarta, kota metropolitan yang tak pernah luput dari hiruk-pikuknya kesibukan dunia yang fana. Namun, jauh sebelum itu ibu kota tercinta ini ternyata menyimpan segudang kisah yang sangat menarik untuk dikaji.
Kali ini, Tapak.id akan menelisik lebih jauh tokoh yang dulu pernah membebaskan kota ini dari cengkraman Portugis. Ia adalah Fatahillah, salah seorang panglima pasukan Kerajaan Demak yang mengusir Portugis dari pelabuhan Sunda Kelapa.
Fatahillah disebutkan lahir pada tahun 1448 di Pasai dengan nama Fadlullah Khan. Sosok ini dikenal oleh orang-orang Portugis dengan nama Falatehan.
Seorang sejarawan Portugis bernama Joao De Barros (1496-1570) dalam karyanya Decadas da Asia mencatat bahwa armada Portugis pimpinan Duarte Colheo pernah dihancurkan oleh Falatehan. Barros menambahkan bahwasannya Falatehan berasal dari Pasai, Aceh Utara lalu hijrah ke Demak setelah daerah asalnya ditaklukkan Portugis.
Fatahillah sempat pergi ke Mekkah selama kurang lebih tiga tahun untuk mendalami Islam. Karena melihat Pasai telah ditaklukkan, ia akhirnya memilih hijrah ke Kesultanan Demak. Fatahillah menetap di Jepara dan mengabdi pada raja Demak yang puas dengan kinerja Fatahillah. Menurut beberapa sumber, raja Demak saat itu adalah Sultan Trenggono.
Ia diangkat menjadi panglima pasukan Kerajaan Demak menggantikan Pati Unus yang sebelumnya meninggal di Malaka. Kiprah apiknya dimulai pada tahun 1524 dimana beliau bersama 1500 pasukannya berhasil menyerbu dan menguasai Banten. Karena itu raja Demak menikahkan adiknya dengan Fatahillah.
Panglima Demak sendiri pada tahun 1527 membebaskan Sunda Kelapa yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran dan rajanya saat itu, Surawisesa meminta bantuan Portugis untuk mempertahankan pengaruhnya di Pulau Jawa.
Sultan Trenggono menyadari hal itu akan berdampak buruk pada eksistensi kerajaan-kerajaan di Nusantara. Oleh karena itu, sang sultan mengutus Fatahillah untuk memimpin armada gabungan Demak, Banten, dan Cirebon yang berjumlah 1500 pasukan dengan total 20 kapal lancaran untuk membebaskan Sunda Kelapa.
Portugis sendiri mengirim 6 kapal galley dengan 600 pasukan dan 24 pucuk meriam di bawah pimpinan Fransisco De Sa.
Fatahillah langsung membawa armadanya menuju Sunda Kelapa. Sementara itu pasukan Cirebon menduduki wilayah Padjadjaran dari timur sedangkan pasukan Banten dari barat.
Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya pada tanggal 22 Juni 1527 Portugis berhasil dikalahkan dan diusir dari Sunda Kelapa untuk selama-lamanya. Fatahillah pun diangkat menjadi gubernur dan mengubah nama Sunda Kelapa jadi Jayakarta yang artinya kota kemenangan. Hingga kini tanggal 22 Juni ditetapkan menjadi hari ulang tahun Jakarta yang pada 2020 sudah berumur ke- 493.
Sosok Fatahillah ini disamakan dengan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, meskipun mereka sebenarnya adalah dua orang yang berbeda.
Syarif Hidayatullah sendiri adalah putra dari pasangan Syarifah Muda’im, putri dari Prabu Siliwangi dengan seorang penguasa kota Isma’iliyah (Saudi Arabia), yakni Maulana Ishaq Syarif Abdillah.
Sedangkan Falatehan atau Fadhlullah Khan lahir di Pasai dan hijrah ke Demak. Namun, Falatehan merupakan menantu dari Syarif Hidayatullah setelah menikahi putrinya yaitu Ratu Ayu pasca wafatnya Sultan Trenggono.
Fatahillah wafat pada tahun 1570 dan dimakamkan di komplek pemakaman Sunan Gunung Jati.