Jika kamu ingin mempelajari dan mengeksplorasi berbagai kebudayaan yang ada di Banten, rasanya kurang lengkap jika belum menyaksikan kesenian Debus. Seni ini kerap dianggap sebagai ikon kesenian Banten. Hal ini dikarenakan pada setiap pagelaran budaya di Banten, seni debus selalu menjadi salah satu kesenian yang ditunggu-tunggu.
Meskipun begitu populer di kawasan Banten, tradisi debus kerap dianggap sebagai sebuah atraksi yang mengerikan. Bagaimana tidak, dalam kesenian ini, hal yang ditampilkan adalah atraksi yang melibatkan kekebalan tubuh manusia. Biasanya atraksi-atraksi debus dibantu dengan beberapa benda ‘mengerikan’ seperti benda keras, benda tajam, api, dan sebagainya.
Dalam satu kali pertunjukan, debus tidak hanya dilakukan oleh seorang pemain saja, tetapi ada sekitar 12-15 orang pemain. Masing-masing dari mereka memiliki peran penting. Ada yang bertugas sebagai juru gendang, penabuh kecrek, penabuh dogdog tingtit, empat orang sebagai pendzikir, lima orang pemain atraksi, dan seorang pemimpin debus yang sekaligus pemandu music (syekh debus).
Atraksi-atraksi dalam seni debus
Dalam pertunjukan debus, atraksi yang ditampilkan biasanya beragam. Orang-orang yang tidak suka kekerasan biasanya akan ngerti melihat atraksi-atraksi yang disuguhkan. Tentu saja atraksinya kerap membuat bulu kuduk merinding, karena yang ditampilkan adalah hal-hal yang bersifat ekstrim.
Salah satu atraksi yang paling sering ditunjukkan adalah atraksi di mana sang pemain terlihat menggesek-gesekkan pisau tajam ke lidahnya. Membayangkannya saja sudah ngilu, bukan? Namun setelah menyelesaikan atraksinya, sang pemain debus akan menunjukkan bahwa lidahnya tidak terluka sedikit pun.
Selain atraksi tersebut, masih banyak lagi atraksi-atraksi ekstrim yang ditunjukkan dalam debus, seperti menusuk tubuh dengan besi runcing sepanjang 50-60 cm, menaiki tangga yang anak tangganya terbuat dari besi tajam, menyiram tubuh dengan air keras, bahkan mengunyah bara api. Pada setiap akhiran atraksi, setiap pemain menunjukkan bahwa tubuh mereka kebal dan tidak terluka sedikit pun.
Aksi ekstrim ini kerap mengundang tanya para penontonnya tentang mengapa kekebalan tubuh sang pemain debus begitu kuat. Tidak jarang orang-orang berpikir bahwa atraksi ini ada kaitannya dengan ilmu hitam.
Debus dan unsur agama Islam
Meskipun kerap ada anggapan bahwa pemain debus mempelajari ilmu hitam, ternyata kesenian ini malah berkaitan erat dengan unsur agama Islam, lho!
Awalnya kesenian debus ini dibuat sebagai media penyebaran agama Islam. Sebelum melakukan atraksi debus, para pemain melantunkan salawat dan pujian untuk Nabi Muhammad SAW. Lantunan salawat tersebut juga kerap dijadikan sebagai media untuk memompa para pejuang untuk melawan penjajah di zaman dulu.
Menurut cerita, Sultan Ageng Tirtayasa dulunya juga memberikan ilmu kekebalan tubuh pada kesenian debus dengan jampi-jampi yang dikutip dari ayat-ayat Al-Quran. Dengan ilmu tersebut, mereka memiliki keberanian dan kekuatan yang lebih bertarung melawan pemerintah kolonial.
terima kasih ya….