26.4 C
Indonesia
Wednesday, March 13, 2024
spot_img

Blenggo Tarian Silat Dari Betawi

Blenggo atau Belenggo merupakan sebuah seni tari khas Betawi yang kental akan Nuansa Islamnya. Kata Blenggo sama artinya dengan tari dan berasal dari kata “Lenggak-lenggok” yang berarti gerakan yang lazim dilakukan dalam sebuah tarian.

Dikalangan masyarakat Betawi juga terdapat sebuah istilah “diblenggoin” yang memiliki arti gerakan disertai dengan tarian. Pada awalnya, kesenian ini tidak disebut dengan Tari Blenggo, melainkan hanya “Blenggoin”.

Namun, atas saran dari Gubernur Ali Sadikin, maka penyebutannya diubah menjadi Tari “Blenggo” atau “Belenggo” dengan tujuan agar dapat dibedakan dengan tarian-tarian Betawi lainnya.

Sejarah Dan Perkembangan Tari Blenggo

Dikutip dari Jurnal Makna Simbolik Dalam Tari Blenggo Di Ciganjur, Karya Saadah (2018). Blenggo sudah dikenal di Batavia sejak zaman penjajahan Belanda. Pada umumnya seniman Blenggo ini adalah petani. Berdasarkan musik pengiringnya, tari Blenggo dibagi menjadi dua yaitu;

1. Blenggo Rebana, yang dimainkan dengan menggunakan Rebana Biang sebagai pengiringnya. Kelompok rebana biang ini terdiri dari tiga macam: yang terbesar dan yang berfungsi sebagai gong disebut biang atau salun; kemudian yang agak kecil disebut kotek dan yang terkecil disebut gendung.

2. Blenggo Ajeng, yang dimainkan dengan diiringi oleh musik Gamelan Ajeng. Blenggo Ajeng tidak hanya dimainkan oleh grup rombongan Ajeng saja, tetapi juga bagi siapa pun yang berminat terutama orang yang bermaksud membayar kaul (nazar).

Gamelan Ajeng berasal dari kebudayaan Sunda, dan penyebarannya di tanah Betawi hanya terdapat di daerah-daerah yang berbatasan dengan masyarakat Sunda. Gamelan Ajeng biasanya terdapat di daerah Kelapa Dua Wetan, Gandaria, Cirendeu, Tambun dan Karanggan (Pondok Gede). Peralatan musikanya terdiri dari sebuah keromong sepuluh pencon, sebuah terompet, gendang (dua buah gendang besar dan kulantir), dua buah saron, sebuah bende, sebuah cempres (semacam cecempres), dan sebuah kecrek.

Terkadang juga ditambah dengan dua buah gong (gong laki dan gong perempuan). Gamelan Ajeng biasa digunakan untuk memeriahkan hajatan keluarga, seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya.

Dari kedua jenis Tari Blenggo tadi, Tari Blenggo Rebanalah yang digunakan masyarakat Betawi hingga sekarang. Tarian ini berawal dari permainan Rebana Biang yang biasanya dilakukan usai mengaji untuk mengisi waktu luang. Rebana merupakan bagian dari kesenian Islam. Pada saat yang bersamaan, seusai mengaji juga diadakan latihan silat atau yang dikenal dengan Maen Pukul dalam Bahasa Betawi.

Lama kelamaan permainan Rebana Biang menjadi pengiring latihan silat, dan dari sinilah lahir Tari Blenggo Rebana yaitu gerakan silat yang “diblenggoin” atau kembangan silat.

Pada awalnya tari Blenggo Rebana juga hanya berfungsi sebagai tarian pengiring pengantin laki-laki bersamaan dengan adat palang pintunya, namun tarian ini pun kemudian berkembang menjadi tari persembahan untuk menyambut tamu agung dan sebagai tari hiburan.

foto Tari Blenggo oleh encyclopedia.jakarta tourism

Gerakan Tari Blenggo Dan Maknanya

Tari Blenggo Rebana dibawakan oleh penari laki-laki dengan menggerak-gerakan tangannya sembari berjongkok atau setengah duduk dengan pola gerak silat. Langkah kaki agak pendek, hampir tidak diangkat dengan sikap badan agak membungkuk. Kemudian berputar dalam lingkaran sempit ke arah kiri.

Sikap tangan menghadap ke atas dengan mengarah keluar, sedangkan tangan kiri menghadap ke bawah dengan mengarah ke dalam. Gaya merunduk dan merendahkan kaki hingga agak membungkuk mengandung nilai bahwa di dalam hidup kita harus selalu sopan dan rendah hati, tidak boleh sombong dan membanggakan diri.

Meski, Tari Blenggo Rebana tidak memiliki ketetapan pada pola gerak tariannya dan gerakan tari akan selalu berbeda antara satu penari dengan penari lainnya, tergantung latar belakang penguasaan silat si penari.

Namun, secara keseluruhan, tarian ini mempunyai empat gerakan inti di dalamnya, yaitu;

1. Gerakan salam, yang melambangkan keselamatan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan. Gerakan ini dilakukan dengan posisi badan setengah membungkuk kedepan seperti gerakan “Rukuk” dalam sholat dengan kedua tangan disatukan sebagai simbol salam.

2. Masih dengan posisi setengah membungkuk dan merendah, selanjutnya kaki diangkat agak pendek sembari kedua tangan digerakan bergantian. Gerakan ini adalah simbol kesopanan.

3. Berputar dalam lingkaran sempit ke arah kiri, masih dengan sikap tubuh, tangan, serta gerakan kaki yang sama. Gerakan tari berputar ke kiri tadi dimaknai sebagai “Thawaf” seperti saat melakukan ibadah haji atau umroh dalam agama Islam.

4. Melakukan gerakan salam penutup menggunakan gerakan yang serupa dengan gerakan pertama tadi.

Iringan Musik Dan Busana Penari

Tari Blenggo diiringi oleh alat musik yang terdiri dari Rebana Gendung, Rebana Kotek, dan Rebana Biang. Tarian ini juga hanya dibawakan oleh penari laki-laki saja, sebab sejak awal Tari Blenggo didukung umumnya oleh golongan santri dan tidak biasa dilakukan oleh kaum perempuan.

Lagu yang dibawakan juga lagu-lagu bernuansa Islami seperti, Allahuah, Allah Allah, Shollu’ala Madanil Iman, An-Nabi Ya Man Hadhor, Shollu Robbuna, Alfa Shollu, dan Sholawat Badar.

Selain lagu-lagu bernafaskan Islam, ada pula lagu khas Betawi yang dibawakan, diantaranya anak ayam, sangrah, sirih kuning, jali-jali, dan ondel-ondel.

Untuk busana, penari Blenggo Rebana mengenakan pakaian yang sama dengan para pemain musiknya. Sebab, penari juga turut merangkap menjadi pemain musik dan tampil secara bergantian dengan satu atau dua orang lainnya.

Atasan yang mereka kenakan biasanya sesuai dengan baju adat Betawi dan pakaian Islami bewarna hitam atau putih. Baju tersebut biasanya seperti gamis putih, baju Takwa (sadariah atau koko), jas, atau jas tong.

Sedangkan, untuk bawahannya para penari Blenggo biasanya mengenakan celana panjang (pantalon), celana pangsi warna hitam, atau celana batik. Tak lupa juga sarung poleng sebagai identitas masyarakat Betawi dikalungkan di pundak para penari. Atau bisa dikenakan dipinggang hingga menutupi sebagian celana. Mereka juga mengenakan peci hitam, merah, atau peci haji. Selain itu, asesoris seperti gesper haji juga dipakai untuk menahan bagian perut saat melakukan gerakan silat, sekaligus menaha celana agar tidak turun.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

20,753FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles