Bireuen merupakan salah satu kota di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam catatan sejarah, kota ini pernah dipakai sebagai pusat militer Divisi X Gadjah Putih,Komandemen Sumatra Langkat dan Tanah Karo.
Saat itu, pusat militer Gadjah Putih berada dibawah pimpinan Panglima Kolonel Hussein Joesoef yang berkedudukan di Meuligoe Bupati. Sebuah kawasan yang jadi markas penjajah Belanda di Aceh.
Bireun mulai menarik perhatian pemerhati sejarah saat mantan wakil presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla dalam pidatonya yang berjudul Perdamaian dan Pembangunan Nasional pada 14 November 2015 mengatakan jika Bireuen pernah menjadi ibukota negara Indonesia.
“Bahkan Bireuen pernah menjadi ibukota RI ketiga, ketika jatuhnya Yogyakarta tahun 1948. Presiden Sukarno hijrah dari ibukota RI kedua, yakni Yogyakarta ke Bireuen pada 18 Juni 1948. Selama seminggu Bireuen menjadi tempat untuk mengendalikan Republik Indonesia yang saat itu dalam keadaan darurat,” kata pria yang akrab disapa JK kala itu.
Di kalangan sejarawan, Bireuen pernah menjadi ibukota negara masih diperdebatkan. Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno pada 18 Juni 1948 datang ke Bireuen. Saat itu ibukota yang berkedudukan di Yogyakarta tengah jatuh ke tangan sekutu dan Belanda akibat agresi militer.
Presiden pertama Soekarno yang ketika itu berdomisili di Yogyakarta terdesak. Tidak ada pilihan lain, Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Tepatnya di Bireuen, yang relatif aman. Soekarno hijrah ke Bireuen dengan menumpang pesawat udara Dakota hingga mendarat di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948.
Di Bireuen Bung Karno mengendalikan pemerintahan selama satu pekan. Dirinya menginap di kediaman Kolonel Hussein Joesoef, Panglima Divisi X Komandemen Sumatera, Langkat dan Tanah Karo, di Kantor Divisi X yang sekarang menjadi pendopo Bupati Bireuen sekarang.
Namun, sebelum terjadinya serangan ke Yogyakarta, presiden Soekarno dan rombongan memang dalam agenda kunjungan ke Sumatera.
Catatan tertulis dari Perpustakaan Nasional seperti termuat dalam pemberitaan di Liputan6.com, tempat pertama yang Bung Karno dan rombongan dalam kunjungan kerja ke Sumatera adalah Bukittingi, Sumatera Barat lalu ke Sumatera Utara dan barulah saat terjadi serangan di Yogyakarta, Bung Karno berada Aceh.
Meski disebut menjalankan urusan pemerintahan di Bireuen, Aceh, tidak ada bukti berupa surat atau mandat yang menyebut pusat pemerintahan pindah dari Yogyakarta ke Bireun. Terlebih, Bung Karno di Bireun hanya sepekan.
Hingga saat ini kisah Bireun menjadi ibukota negara masih diperdebatkan di kalangan pemerhati sejarah. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai apakah Bireuen, khususnya Aceh pernah menjadi ibukota negara.