Bagi masyarakat Kelurahan Baru, Kecamatan Beji, Kota Depok sudah tidak asing dengan Gong Si Bolong. Gong ini diyakini masyarakat dan sesepuh setempat sudah berusia ratusan tahun.
Dari awal penemuannya, Gong Si Bolong sudah menyimpan misteri yang hingga kini belum terpecahkan. Gong Si Bolong awalnya ditemukan di Kali Krukut. Saat itu wilayah Depok masih masuk ke Jakarta. Kondisinya pun masih banyak pepohonan rindang.
Menurut penuturan penjaga Gong Bolong saat ini, Buang Jayadi atau yang akrab disapa Engkong, Gong Si Bolong ditemukan pertama kali sekitar tahun 1750. Saat itu warga sekitar mendengar bunyi gamelan dari arah kali Krukut.
Terdorong rasa penasaran, saat itu salah satu tokoh agama setempat, Jimin yang juga mendengar bunyi gamelan lantas bergegas menuju arah suara.
Ia lalu menelusuri hingga menemukan seperangkat gamelan yang tertimbun di tanah dengan susunan rapi. Engkong Jimin kemudian membawa pulang gamelan yang terdiri atas gong dan gendang.
Untuk membawa sisa perangkat gamelan lainnya, Engkong Jimin meminta bantuan rekan-rekannya. Namun, saat kembali ke Kali Krukut, perangkat gamelan tersebut sudah raib entah kemana.
Engkong Jimin kemudian memberi nama alat musik tradisional itu Si Gledek dan Bende. Jimin terus merawat gong yang memiliki lubang atau bolong di tengah. Ia pun tertarik untuk memainkannya.
Gong Si Bolong kini menjadi sebuah nama kesenian gamelan asal Kota Depok yang sudah malang melintang bebera daerah di Jabodetabek. Biasanya, selain menampilkan tarian jaipong, kesenian Gong Si Bolong juga bisa dipadu dengan wayang kulit, wayang betawi, ataupun wayang golek.
Gong Si Bolong yang asli sendiri disimpan di lantai dua rumah Buang Jayadi. Untuk yang dipakai pentas merupakan gong duplikat yang diberikan oleh Pemprov Jawa Barat.
sumber: indonesia.go.id, merahputih.com, radardepok.com